Seorang kakek dengan seorang cucunya yang paling cerewet terlibat dialog.
Cucu: Kek, kenapa Partai Republik setiap kampanye selalu mengacungkan tinju?
Kakek: Itu menandakan bahwa perjuangan mereka pantang mundur.
Cucu: Kalau partai Golkar, kenapa mengacungkan 3 jari tangan kiri dan kanan?
Kakek: Itu artinya nomor coblosannya 33.
Cucu: Kek satu lagi! Kenapa partainya mbak mega mengacungkan jari 3+0 padahal nomornya 11?
Selingkuh Sih..
Atiep lagi nyantep sarapan sambil baca koran di halaman depan, ketika ia tiba-2 dikagetkan dengan sebuah pukulan di belakang kepalanya.... "toennggg........" demikian bunyi piring seng yg dipukulkan oleh istrinya dan tepat mengenai botaknya....
Nggak ada ujan nggak ada angin digituin, si Atiep marah-2...
"He...ngapain mukul-2 suamimu ????"
"Lu dasar laki-2 hidung belang....." balas istrinya "siapa DESI yang kamu tulis namanya di kertas dalam dompetmu itu ?"Atiep sempat gelagapan, nyaris kepergok selingkuhnya dengan DESI, untung dia langsung ketemu jurus ampuh buat menghindar.....
"O... rupanya itu toh..... DESI itu nama Kuda taruhan, kemarin aku sempet taruhan sama temen-2 di kantor...."
Untung sang istri percaya, jadi perang dunia tak jadi meletus....Tiga hari kemudian.... "TOENG..." kali ini rantang mendarat di kepala Atiep yang botak dengan lebih kenceng... Ampir semaput....Atiep marah-2 sama istrinya....
"Kenapa kau pukul aku Mam ???" Istrinya dengan kalem menjawab : "TUH... KUDAMU telepon nyari kamu......"
Kakeknya Monyet
Seorang penjual topi berjalan melintasi hutan. Karena cuaca panas, ia memutuskan beristirahat sejenak dibawah sebuah pohon besar. Sebelum merebahkan diri, ia meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan disampingnya. Beberapa jam ia terlelap dan terbangun oleh suara-suara ribut.Hal pertama yang disadarinya adalah bahwa semua topi dagangannya telah hilang. Kemudian ia mendengar suara monyet-monyet di atas pohon. Ia mendongak keatas dan betapa terkejutnya ia melihat pohon itu penuh dengan monyet. Yang semuanya mengenakan topi-topinya.
Penjual topi itu terduduk dan berpikir keras bagaimana caranya ia bisa mendapatkan kembali topi-topi dagangannya yang sedang dibuat main-main oleh monyet-monyet itu. Ia berpikir dan berpikir, dan mulai menggaruk-garuk kepalanya. Ternyata monyet-monyet itu menirukan tingkah lakunya. Kemudian, ia melepas topinya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya. Ternyata monyet-monyet itu pun melakukan hal yang sama.
Aha..! Ia pun mendapat ide..! Lalu ia membuang topinya ke tanah, dan monyet-monyet itu juga membuang topi-topi di tangan mereka ke tanah. Segera saja si penjual itu mengumpulkan dan mendapatkan kembali semua topi-topinya. Ia pun melanjutkan perjalanannya.
Lima puluh tahun kemudian, cucu dari si penjual topi itu juga menjadi seorang penjual topi juga dan telah mendengar cerita tentang monyet-monyet itu dari kakeknya. Suatu hari, persis seperti kakeknya, ia melintasi hutan yang sama. Ia beristirahat di bawah pohon yang sama dan meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya. Ketika terbangun iapun menyadari kalau monyet-monyet dipohon tersebut telah mengambil semua topi-topinya.
Ia pun teringat akan cerita kakeknya. Ia mulai menggaruk-garuk kepala, dan monyet-monyet itu menirukannya. Ia melepas topinya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya, monyet-monyet itu masih menirukannya. Nah, sekarang ia merasa yakin akan ide kakeknya. Kemudian ia melempar topinya ke tanah. Tapi kali ini ia yang terkejut, karena monyet-monyet itu tidak menirukannya dan tetap memegangi topi-topi itu erat-erat.
Kemudian, seekor monyet turun dari pohon, mengambil topi yang dilemparkan oleh cucu penjual topi itu, lalu menepuk bahunya sambil berkata,
"Emangnya cuman elo aja yang punya kakek...?"
0 komentar:
Posting Komentar